Minggu, 03 April 2016

resensi novel Raditya Dika koala kumal bab 9

bab 9
Lebih Seram Dari Jurit Malam

Jika mengingat bab-bab sebelumnya, Dika memang kurang beruntung dalam percintaan. Entah, diputusin, ditinggalkan pacar –karena mantannya lebih memilih laki-laki lain, atau naksir tapi tidak kesampaian untuk mengungkapkannya. Tapi dalam bab ini berbeda. Karena dia justeru yang ditaksir Lina, adik juniornya di PMR.
‘Aku lagi naksir cowok cuek, Kak,’ kata dia.
‘Terus?’
‘Gimana, sih, caranya ngedeketin cowok cuek?’
‘Siapa cowoknya? Anak PMR? Senior?’ tanya gue.
‘Ada, deh, Ka. Tapi kalau kakak mau tau, iya, anak PMR’. (Hal. 182)
Sebagai anak baru di eksul PMR, Lina harus menjalani pelantikan bersama angkatan baru lainnya. Kegiatannya berlangsung malam hari di Bumi Perkemahan Cibubur. Sudah menjadi agenda rutin disetiap proses pelantikaan anak baru akan dikerjai habis-habisan. Begitu pun yang pernah di alami Dika waktu pertama mengikut proses pelantikannya.
Jadi, ini tak beda seperti ajang balas dendam untuk mengerjai anak-anak baru. Terutama Nikolas –teman seangkatan Dika– yang amat mengebu-gebu untuk melancarkan aksinya (balas dendam, red). Obrolan antara Lina dan Dika tetap berlanjut di suasana malam yang mencekam.
‘Kakak inget botolku yang aku dulu bilang isinya malaikat? Botol itu udah ilang. Kak, jaket itu pengganti. Kakak jadi semacam malaikat buat aku.’
‘Bukannya botol itu untuk ngusir hantu? Gue jadi kayak pengusir hantu, dong,’
Lina tertawa. ‘Maksudnya bukan gitu, sih, kak. Tapi kakak ngerti, kan?’
‘Ngerti apa?’ tanya gue.
‘Gak jadi, deh’ kata Lina. (Hal. 184)
Jaket yang Lina pakai saat malam pelantikan hilang. Dia sedih dan kecewa. Baginya, jaket tersebut memiliki kenangan tersendiri bersama Dika. Di mana pada momen saat Dika memegang jaketnya.
‘Kenapa, Kak?’ tanya Lina.
Gue menggenggam jaket Lina. ‘Nikolas, lo jangan nakutin kita, deh, soalnya –‘
‘POCONGGGGGG!’ teriak Nikolas. (Hal. 180)
Iyah, padahal Lina sudah beberapa kali mencoba memberikan tanda-tanda kesukaannya pada Dika.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar